etika keperawatan

A. PENGERTIAN ETIKA
Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani : “etos” yg berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus Webster etik adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral .
Etika Nikomakea (bahasa Inggris: 'Nicomachean Ethics'), atau Ta Ethika, adalah karya Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus.
Etika Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia adalah tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan menghasilkan perilaku yang bajik.

Menurut CURTIN, Etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi ,mengorganisasi,menganalisis dan memutuskan prilaku manusia dengan menerapakan prinsif-prinsif untuk mandeterminasi prilaku yang baik terhadap situasi yang baik.

B. MACAM-MACAM ETIKA
1. Etika deskriptif adalah melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempealajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu dalam kebudayaan tertentu.
2. Etika normatif adalah etika yang berbicara mengenai norma-norma yang menuntut tingkah laku manusia serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Etika normatif menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Etika normatif dibagi dalam dua bagian yaitu :
a. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan/kehidupan yang khusus misalnya : aturan bermain dalam olahraga, aturan pengunjung pasien,
b. Norma umum mempunyai sifat yang lebih umum dan universal.
Norma umum ada tiga macam yaitu :
1) Norma sopan santun adalah norma yang mengatur pola tingkah laku dan sikap lahiriah, misalnya : tata cara bertamu, duduk, makan, minum, tata cara berbicara.
2) Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas untuk masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat norma hukum tegas dan pasti, karena di jamin untuk hukuman terhadap para pelanggarnya.
3) Norma moral adalah aturan mengenai sikap dan tingkah laku manusia sebagai manusia. Norma moral mengacu pada baik/ buruknya manusia sebagai manusia
3. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:
1. Non-empiris
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

4. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya
C. ETIKA DAN ETIKET
Dalam rangka menjernihkan istilah,harus di simak lagi perbedaan antara “etika” dan “etiket”.kerap kali dua istilah ini dicampur adukan begitu saja.padahal perbedaan di antaranya sangat hakiki.”Etika” di sini berarti “moral” dan “etiket” berarti “sopan santun”.

Ada beberapa perbedaan antara etika dan etiket diantaranya:
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia.Diantara beberapa cara yang mungkin,etiket menunjukan cara yang mungkin,etiket menunjukan cara yang tepat ,artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.misalnya jika saya harus menyerahkan dengan menggunakan tangan kanan.dianggap melanggar etiket ,bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri.Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan;etika member norma tentang perbuatan itu sendiri.
2. Etiket hanya berlaku pada pergaulan.Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata ,maka etiket tidak berlaku.Misanya,ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara kita makan.Dianggap melanggar etiket,bila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakan kaki di atas meja,dan sebagainya.tetapi jika saya makn sendiri,saya tidak melanggar etiket,bila makan dengan cara demikian.sebaliknya etiket selalu berlaku,juga kalau tidak ada saksi mata.etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.larangan untuk mencuri selalu berlaku,entah ada oranglain,hadir atau tidak.
3. Etiket bersifat relative.yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan,bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.contoh yang jelas adalah makan dengan tangan atau tersendawa pada waktu makan.lain halnya dengan etika.etika jauh lebih absolute.”jangan mencuri”,”jangan berbohong”,”jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsif etika tidak bisa ditawar-tawar atau mudah di beri dispensasi.
4. Jika kita memandang etiket,kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja,sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.

D. PENGERTIAN MORAL
1. Moral berasal dari bahasa latin ‘mores ‘
2. Mores berasal dari kata ‘mos’ yang berarti kesusilaan,tabi’at atau kelakuan .
3. Moral adalah ajaran kesusilaan .
4. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan,tentang perilaku yang baik dan buruk.
Moral mirip dengan etika, moral selalu dikaitkan dengan standar personal individu dalam penerapan tingkah laku, karakter & sikap (Kozier) Etik selalu merujuk pada standar moral terutama yang berkaitan dengan kelompok, seperti Dokter & perawat .
Moral adalah perilaku yg diharapkan oleh masyarakat yg merupakan “standar perilaku” dan “nilai-nilai” yg harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat dimana ia tinggal.
Tujuan etika dan moral
• Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dan praktik keperawatan
• Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam peraktik keperawatan
• Menghubungkan prinsif moral yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan terhadap diri sendiri ,keluarga,masyarakat,dan kepada Tuhan ,sesuai kepercayaannya
E. KODE ETIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL
kode etik merupakan sekumpulan prinsif,petunjuk yang disetujui oleh semua anggota oleh suatu profesi. Kode etik merupakan pernyataan kolektif tentang harapan dan standar perilaku kelompok. Sekumpulan prinsif, petunjuk yang di setujui oleh semua anggota profesi. Prinsif dasar etika keperawatan propesional:
1. Advokasi merujuk pada dukungan( kesehatan,keamanan ) terhadap klien,
2. Tanggung jawab,
3. Akuntabilitas,
4. Kerahasian ( menjaga informasi personal klien ).
F. NILAI-NILAI (VALUES)
Adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap prilaku seseorang sistem nilai-nilai yang dianggap penting dan sering di artikan sebagai perilaku personal.
2. Pembentukan nilai
a. Perkembangan nilai di mulai sejak masa kanak-kanak,di bentuk oleh pengalaman dalam keluarga.variasai dalam pola pengasuhan anak menimbulkan variasi pada nilai dan perilaku saat anak-anak sedang tumbuh.
Dorongan dasar untuk mencintai,merawat,melindungi anak memiliki berbagai bentuk ekspresi pada berbagai budaya di dunia.
3. Mengidentifikasi 7nilai-nilai esensial dalam kehidupan profresional
a. Aesthetics ( keindahan )
b. Altruism ( mengutamakan orang lain )
c. Equality ( kesetaraan : hak/status yang sama termasuk penerimaan dengan sifat asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi)
d. Freedom ( kebebasan )
e. Human dignity ( martabat manusia )
f. Justice (keadilan)
g. Truth (kebenaran

G. ASAS – ASAS PELAYANAN KESEHATAN
1. Asas menghormati pasien yaitu perawat harus menghormati asas atonomi pasien kebebasan atau berhak atas keputusan yang akan dihadapi setelah mendapat informasi merupakan atonomi pasien, segala pendapat berhak dihormati dan didengarkan dan dalam kaitanya agar pelaksanaan askep tidak melanggar.
2. Asas manfaat yaitu perawat harus memilki asam manfaat dalam suatu tindakan dalam layanan kesehatan mengandung arti bahwa semua tindakan yang diberikan pada pasien harus mengandung unsur manfaat dan untuk menunjukan manfaat dari tindakan yang diberikan perawat harus megurangi tindakan yang dapat merugikan.
3. Asas tidak merugikan yaitu segala sesuatu tindakan yang di berikan tidak boleh di dasari atas seorangyang dapat merugikan pasien baik resiko secara fisik, fisiologis maupun sosial akibat tindakan hendaknya dikurangi semaksimal mungkin.
4. Asas kejujuranyaitu sangat penting dan harus dimiliki perawat karena dengan jujur informasi yang disampaikan akan benar tercapai sehingga dapat mengurangi hal – hal yang kemungkinan tidak terjadi dan pemberian informasi harus diusahakan sesuai dengan tingkat pendidikan pasien.
5. Asas kerahasiaan (privasi) yaitu dengan kerahasiaan pasien harus tetap dihormati walaupun telah meninggal dunia hal ini dilandasi pada perawat dalam melakukan tindakan tetap berpedoman pada etika yang ada.
6. Asas keadilan yaitu adil dan tidak berat dari sebelah merupakan bagian dari asas etika oleh karena segala kerugian yang mungkin terjadi atau manfaat yang akan didapatkan hendaknya dapat di peroleh semua klien tanpa memandang siapapun.

etika keperawatan

A. PENGERTIAN ETIKA
Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani : “etos” yg berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus Webster etik adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral .
Etika Nikomakea (bahasa Inggris: 'Nicomachean Ethics'), atau Ta Ethika, adalah karya Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada catatan-catatan dari kuliah-kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus.
Etika Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil. Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia adalah tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan menghasilkan perilaku yang bajik.

Menurut CURTIN, Etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi ,mengorganisasi,menganalisis dan memutuskan prilaku manusia dengan menerapakan prinsif-prinsif untuk mandeterminasi prilaku yang baik terhadap situasi yang baik.

B. MACAM-MACAM ETIKA
1. Etika deskriptif adalah melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempealajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu dalam kebudayaan tertentu.
2. Etika normatif adalah etika yang berbicara mengenai norma-norma yang menuntut tingkah laku manusia serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Etika normatif menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Etika normatif dibagi dalam dua bagian yaitu :
a. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan/kehidupan yang khusus misalnya : aturan bermain dalam olahraga, aturan pengunjung pasien,
b. Norma umum mempunyai sifat yang lebih umum dan universal.
Norma umum ada tiga macam yaitu :
1) Norma sopan santun adalah norma yang mengatur pola tingkah laku dan sikap lahiriah, misalnya : tata cara bertamu, duduk, makan, minum, tata cara berbicara.
2) Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas untuk masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat norma hukum tegas dan pasti, karena di jamin untuk hukuman terhadap para pelanggarnya.
3) Norma moral adalah aturan mengenai sikap dan tingkah laku manusia sebagai manusia. Norma moral mengacu pada baik/ buruknya manusia sebagai manusia
3. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:
1. Non-empiris
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

4. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya
C. ETIKA DAN ETIKET
Dalam rangka menjernihkan istilah,harus di simak lagi perbedaan antara “etika” dan “etiket”.kerap kali dua istilah ini dicampur adukan begitu saja.padahal perbedaan di antaranya sangat hakiki.”Etika” di sini berarti “moral” dan “etiket” berarti “sopan santun”.

Ada beberapa perbedaan antara etika dan etiket diantaranya:
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia.Diantara beberapa cara yang mungkin,etiket menunjukan cara yang mungkin,etiket menunjukan cara yang tepat ,artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.misalnya jika saya harus menyerahkan dengan menggunakan tangan kanan.dianggap melanggar etiket ,bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri.Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan;etika member norma tentang perbuatan itu sendiri.
2. Etiket hanya berlaku pada pergaulan.Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata ,maka etiket tidak berlaku.Misanya,ada banyak peraturan etiket yang mengatur cara kita makan.Dianggap melanggar etiket,bila kita makan sambil berbunyi atau dengan meletakan kaki di atas meja,dan sebagainya.tetapi jika saya makn sendiri,saya tidak melanggar etiket,bila makan dengan cara demikian.sebaliknya etiket selalu berlaku,juga kalau tidak ada saksi mata.etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.larangan untuk mencuri selalu berlaku,entah ada oranglain,hadir atau tidak.
3. Etiket bersifat relative.yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan,bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.contoh yang jelas adalah makan dengan tangan atau tersendawa pada waktu makan.lain halnya dengan etika.etika jauh lebih absolute.”jangan mencuri”,”jangan berbohong”,”jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsif etika tidak bisa ditawar-tawar atau mudah di beri dispensasi.
4. Jika kita memandang etiket,kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja,sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.

D. PENGERTIAN MORAL
1. Moral berasal dari bahasa latin ‘mores ‘
2. Mores berasal dari kata ‘mos’ yang berarti kesusilaan,tabi’at atau kelakuan .
3. Moral adalah ajaran kesusilaan .
4. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan,tentang perilaku yang baik dan buruk.
Moral mirip dengan etika, moral selalu dikaitkan dengan standar personal individu dalam penerapan tingkah laku, karakter & sikap (Kozier) Etik selalu merujuk pada standar moral terutama yang berkaitan dengan kelompok, seperti Dokter & perawat .
Moral adalah perilaku yg diharapkan oleh masyarakat yg merupakan “standar perilaku” dan “nilai-nilai” yg harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat dimana ia tinggal.
Tujuan etika dan moral
• Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dan praktik keperawatan
• Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam peraktik keperawatan
• Menghubungkan prinsif moral yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan terhadap diri sendiri ,keluarga,masyarakat,dan kepada Tuhan ,sesuai kepercayaannya
E. KODE ETIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL
kode etik merupakan sekumpulan prinsif,petunjuk yang disetujui oleh semua anggota oleh suatu profesi. Kode etik merupakan pernyataan kolektif tentang harapan dan standar perilaku kelompok. Sekumpulan prinsif, petunjuk yang di setujui oleh semua anggota profesi. Prinsif dasar etika keperawatan propesional:
1. Advokasi merujuk pada dukungan( kesehatan,keamanan ) terhadap klien,
2. Tanggung jawab,
3. Akuntabilitas,
4. Kerahasian ( menjaga informasi personal klien ).
F. NILAI-NILAI (VALUES)
Adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap prilaku seseorang sistem nilai-nilai yang dianggap penting dan sering di artikan sebagai perilaku personal.
2. Pembentukan nilai
a. Perkembangan nilai di mulai sejak masa kanak-kanak,di bentuk oleh pengalaman dalam keluarga.variasai dalam pola pengasuhan anak menimbulkan variasi pada nilai dan perilaku saat anak-anak sedang tumbuh.
Dorongan dasar untuk mencintai,merawat,melindungi anak memiliki berbagai bentuk ekspresi pada berbagai budaya di dunia.
3. Mengidentifikasi 7nilai-nilai esensial dalam kehidupan profresional
a. Aesthetics ( keindahan )
b. Altruism ( mengutamakan orang lain )
c. Equality ( kesetaraan : hak/status yang sama termasuk penerimaan dengan sifat asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi)
d. Freedom ( kebebasan )
e. Human dignity ( martabat manusia )
f. Justice (keadilan)
g. Truth (kebenaran

G. ASAS – ASAS PELAYANAN KESEHATAN
1. Asas menghormati pasien yaitu perawat harus menghormati asas atonomi pasien kebebasan atau berhak atas keputusan yang akan dihadapi setelah mendapat informasi merupakan atonomi pasien, segala pendapat berhak dihormati dan didengarkan dan dalam kaitanya agar pelaksanaan askep tidak melanggar.
2. Asas manfaat yaitu perawat harus memilki asam manfaat dalam suatu tindakan dalam layanan kesehatan mengandung arti bahwa semua tindakan yang diberikan pada pasien harus mengandung unsur manfaat dan untuk menunjukan manfaat dari tindakan yang diberikan perawat harus megurangi tindakan yang dapat merugikan.
3. Asas tidak merugikan yaitu segala sesuatu tindakan yang di berikan tidak boleh di dasari atas seorangyang dapat merugikan pasien baik resiko secara fisik, fisiologis maupun sosial akibat tindakan hendaknya dikurangi semaksimal mungkin.
4. Asas kejujuranyaitu sangat penting dan harus dimiliki perawat karena dengan jujur informasi yang disampaikan akan benar tercapai sehingga dapat mengurangi hal – hal yang kemungkinan tidak terjadi dan pemberian informasi harus diusahakan sesuai dengan tingkat pendidikan pasien.
5. Asas kerahasiaan (privasi) yaitu dengan kerahasiaan pasien harus tetap dihormati walaupun telah meninggal dunia hal ini dilandasi pada perawat dalam melakukan tindakan tetap berpedoman pada etika yang ada.
6. Asas keadilan yaitu adil dan tidak berat dari sebelah merupakan bagian dari asas etika oleh karena segala kerugian yang mungkin terjadi atau manfaat yang akan didapatkan hendaknya dapat di peroleh semua klien tanpa memandang siapapun.

SINGKATAN BAHASA ARTI ad us ext ad usum externus Untuk pemakaia

SINGKATAN BAHASA ARTI
ad us ext ad usum externus Untuk pemakaian luar
ad us int ad usum internum Untuk pemakaian dalam
b.d.d bis de de 2 kali sehari
t.d.d ter de die 3 kali sehari
c.p cochlear pultis Sendok bubur
C cochlear Sendok makan
c. SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIPAKAI DALAM PENULISAN RESEP
th Cochlear theae Sendok teh
cito Segera
d.c durante coenam Selama/saat makan
h.m hora matituna Pagi-pagi
h.s hora somni Sebelum tidur
o.h omni hora Setiap jam
p.p pro paupere Untuk si miskin
p.c post coenam Sesudah makan
a.c ante c oenam Sebelum makan
½ h ac ½ hora ante coenam ½ jam sbelum makan
gtt guttae Tetes (tetes-tets)
s signa tanda
u.c usus cognitus Aturan pakai sudah tahu
u.e Usus externus Untuk pemakaian luar

ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR TENTANG MANUSIA

Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar (basic assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut asumsi-asumsi filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman sosial ini secara nyata akan mempengaruhi persepsi dan tindakan manusia terhadap sesamanya. Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar ini mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya. Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan – ketidak bebebasan
Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas berkehendak, mengambil sikap, dan menentukan arah kehidupannya. Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan itu, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian, yaitu Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, sementara itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan Skinner, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh sejumlah determinan.
2. Rasionalitas – irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh faktor-faktor yang rasional. Sedangkan Freud menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu Skinner dan para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasional-irasional.
3. Holisme – elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila dilihat dan dipelajari sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung memenadang menausia secara elemtalisme, bahwa perilaku manusia dapat dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
Konstitusionalisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah dimiliki sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan environmentalisme menganggap bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungannya.
Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan, termasuk teoris kepribadian konstitusionalis, demikian halnya Maslow dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun komitmen Maslow pada konstitusi-onalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar dari lingkungannya.
5. Berubah – tidak berubah
Anggapan dasar berubah – tak berubah mempersoalkan berubah tidaknya kepribadian individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai penganut determinisme, beranggapan bahwa kepribadian individu ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan berubah sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas dan objektivitas manusia berkenaan dengan persoalan apakah perilaku manusia ditentukan oleh pengalaman personalnya yang subjektif atau faktor-faktor eksternal yang objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan salah satu tokoh psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif individu merupakan penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku individu.
Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama dengan Rogers bahwa perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan Skinner menolak pandangan tentang pengalaman subjektif manusia. Dia lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur secara objektif.
7. Proaktif – reaktif
Pandangan proaktif-reaktif menjelaskan sumber penyebab perilaku manusia. Apakah perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor eksternal?
Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap bahwa perilaku manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor internalnya. Menurut Freud, perilaku manusia didorong oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam yang tidak disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal yang disadari.
Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia bersifat reaktif. Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan.
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya mengurangi atau menghilangkan ketegangan yang terjadi akibat ketidak seimbangan, misalnya lelah, lapar, ingin tahu, dst. Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan aktualisasi diri.
Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang pada konsep homeostatis. Sedangkan Maslow berpegang pada konsep heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua konsep motivasi tersebut. Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus yang datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya melalui metode ilmiah karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan hukum-hukum alam. Sejalan dengan pandangan Freud, Skinner menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia.
Maslow berpandangan lain dengan Freud dan Skinner. Menurut Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan uapaya-upaya ilmiah.

TEORI HUMANISTIK

A. Pendahuluan
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.
B. Pokok-pokok Teori Abraham Maslow
Oleh karena eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka pandanganpandangan eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi humanistik dan selanjutnya dijadikan landasan teori psikologi humanistik. Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
a. Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
c. Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolasi.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).
Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
(1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
C. Teori Carl Rogers
Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan,bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
1. Pokok-pokok Teori Carl Rogers
a. Struktur kepribadian
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
1) Organime, mencakup :
a) Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.
b) Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
c) Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
3) Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah :
a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu;.
b) bersifat integral dan konsisten;
c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman;
d) dapat berubah karena kematangan dan belajar.
b. Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
c. Perkembangan kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)

TEORI BEHAVIORISTIK

A. Pendahuluan
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS pada tahun 1913, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
B. Pokok-pokok teori behavioristik
Para ahli behavioristik kurang memiliki perhatian terhadap struktur kepribadian internal, seperti ID, ego dan superegonya freud, karena struktur seperti ini tadak dapat diobservasi.Mereka memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan respon yang terkait denagn berbagai situasi rangsanagan yang beragam”. Walupun para behavioris kurang memiliki perhatian terhadap struktur kepribadian, tetapi mereka mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan kepribadian. Sebagian behavioris, seperti Dollar & Miller (1950) menyetujui pendapat freud tentang pentingnya pengalaman masa kecil, mereka berpendapat bahwa kepribadian di bentuk melalui proses evolusi. Tokoh-tokoh dalam teori Behavioristik tersebut adalah:
1. Pembiasaan Klasikal : Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
Pembiasaan klasikal ( Classical Conditioning ) merupakan tipe belajar yang menekankan pada stimulus netral memerlukan kapasitas untuk merangsang respon yang secara orisinil terangsang oleh stimulus yang lain. Proses ini dinamakan juga Respondent conditioning yang pertama kali di kenalkan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1903. Dia meneliti tentang pencernaan anjing, ia juga menegetahui bahwa anjing dapat dilatih untuk menegeluarkan air liur untuk merespon bunyi bel. Pada awalnya anjing akan menegeluarkan air liunya jika di beri daging, dan setiap akan memberi makan anjing tersebut pavlov membunyikan bel tersebut lama kelamaan hanya dengan mendengarkan bunyi bel tersebut anjing kan mengeluarkan air liurnya. Peran classical conditioning memberikan kontribusi terhadap pembentukan respon-respon emosional, seperti rasa takut, cemas atau phobia.
2. Pengkondidian Operan: Skinner
Burrhus federic Skinner lahir pada tahun 1904 di Susquehanna Pennsylvania dan meninggal pada tahun 1990. Skinner adalah seorang ahli psikilogi Amerika yangbanyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di universitas Harvard.Pilihanya terhadap pendekatan behaviorisme mengarahkanya untuk menolak kekuatan-kekuatanmental dan emosional. Sinner membagi tingkah laku kedalam dua tipe yaitu responden dan operan, tingkah laku responden adalah tingkah laku yang dibagkitkan atau dirnagsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku reponden ini wujudnya adalah refleks dan contohnya adalah mata yang berkedip karena terkena debu atau menarik tangan saat terkena sengatan listrik, tingkah laku ini bergantung pad reinforcement dab secara langsung merespon stimulus yang bersifat fisik. Sedanagkan tingkah laku operan adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan (sukarela) tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung.
Menurut Skinner ”reiforcement” dapat terjadi dalm dua cara yaitu positif dan negatif. Reiforcement [ositif ini sinonim dengan ”reward” (penghargaan), respon-respon diikuti oleh hasil yang menyenagkan diperkuat cenderung menjadi pola kebiasaan bertingkah laku. Sementara reinforcement negatif ketika respon diperkuat (sering dilakuan), karena diikuti oleh stimulus yang tidak menyenagkan. Reiforcement ini memainkan peran dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak (menghindar).
3. Teori Belajar Sosial: Bandura
Albert Bandura adalah seornag behavioris yang menambahkan aspek kognitif terhadap behaviorisme sejak tahun 1960. Pengembanagn teorinya merujuk kepada pandangan Skinner, meskipun begitu Bandura memiliki pendapat tersendiri dalam kaitanya dengan hakikat manusia dan kepribadian. Asumsinya adalah sebagai berikut.
a. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang sadar, berpikir, merasa dan mengatur tingkah lakunya sendiri.
b. Kepribadian berkembang dalam konteks sosial, interaksi, antara satu sama lainya.
Teori belajar bandura tentang kepribadian di dasarkan pada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu yaitu faktor internal (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia) dan faktor eksternal (lingkungan). Proses ini disebut reciprocal Determine.

TEORI KEPRIBADIAN

A. Pengertian Teori Kepribadian
Teori merupakan salah satu unsur penting dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi kepribadian. Tanpa teori kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian manusia pasti sulit untuk dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori kepribadian ? Menurut Hall dan Lindzey (Koeswara, 1991 : 5), teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
B. Fungsi Teori Kepribadian
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori kepribadian.
1. Fungsi Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.
2. Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif
C. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian
Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu diantarnya klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan teori-teori kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, tetapi yang akan kita bahas hanya 2 teori kepribadian, yaitu behavioristik dan humanistik. Ke-3 teori kepribadian tersebut diantaranya adalah:
1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.
2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.
3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.

 
info kesehatan © 2012 | Designed by LogosDatabase.com, in collaboration with Credit Card Machines, Corporate Headquarters and Motivational Quotes